Oleh
Dwi Okta Pristiwanti
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah
adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di
provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain
oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah
Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung. Karakteristik bangunan
berarsitektur khas Minangkabau memang mudah dikenali. Hal ini membuatnya
menjadi identitas masyarakat Sumatera Barat, bahkan mereka yang berada di
perantauan sekalipun. Karena itulah, jika di suatu tempat ditemukan atap
bangunan yang terlihat mengadaptasi bentuk tanduk kerbau, hampir bisa
dipastikan ada 'urang awak' di daerah tersebut.
Bentuk atap
rumah gadang yang seperti tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita Tambo
Alam Minangkabau. Cerita tersebut tentang kemenangan orang Minang dalam
peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa. Bentuk-bentuk menyerupai tanduk kerbau
sangat umum digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada
perhiasan. Salah satunya pada pakaian adat, yaitu tingkuluak tanduak (tengkuluk
tanduk) untuk Bundo Kanduang. Asal-usul bentuk rumah gadang juga sering
dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek moyang Minangkabau. Konon kabarnya,
bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh kapal adalah meniru
bentuk perahu nenek moyang Minangkabau pada masa dahulu. Perahu nenek moyang
ini dikenal dengan sebutan lancang.
Menurut cerita,
lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang Kampar. Setelah
sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat. Lancang
ini juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai. Lancang
kemudian ditopang dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang itu
diberi atap dengan menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang
lancang tersebut. Selanjutnya, karena layar yang menggantung sangat berat,
tali-talinya membentuk lengkungan yang menyerupai gonjong. Lancang ini menjadi
tempat hunian buat sementara. Selanjutnya, para penumpang perahu tersebut
membuat rumah tempat tinggal yang menyerupai lancang tersebut. Setelah para
nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar, bentuk lancang yang bergonjong
terus dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka. Dengan adanya ciri khas
ini, sesama mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk saling
mengenali. Mereka akan mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong
adalah milik kerabat mereka yang berasal dari lancang yang sama mendarat di
pinggir Batang Kampar. Rumah Gadang
sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri.
Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya.
Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah
kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat
dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Seluruh bagian
dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam
terbagi atas lanjar dan ruang
yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari
kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke
kanan menandai ruang. Jumlah lanjar
bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari
jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.
Rumah Gadang
biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum
tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada
perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu
terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah
Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung
(Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat
penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan
Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada
kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang
dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip
pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga,
pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari
komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi
sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat
tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
apa maksud dari kelarasan bodi-chaniago dan kelarasan koto-piliang ?
BalasHapusrumah gadang sangat unik karena banyak ketentuan yang harus dipenuhi jika ingin membangun maupun menempati rumah gadang :)
BalasHapuslacang itu apa ??
BalasHapussalah satu kearifan budaya lokal yang indah dan harus dilestarikan :)
BalasHapus