Kaulinan Barudak Sunda
Oleh Octaviani Hidayahti Maulida
sumber gambar: www.google.com
Di era teknologi canggih kini, telah banyak permainan
anak tempo dulu yang hampir hilang dari wajah asli Indonesia. Tentunya sudah banyak
permainan tradisional khas daerah yang sudah jarang dimainkan anak zaman
sekarang. Ditengah maraknya penggunaan teknologi canggih dan mindset “gak jaman” akhirnya satu
persatu kekayaan budaya negeri ini dari segi permainan anak nya memudar. Dengan
itu, saya akan mengangkat permainan anak dari salah satu suku di Indonesia
tepatnya permainan anak yang berasal dari suku sunda atau biasa dibilang dengan
Kaulinan barudak sunda.
sumber gambar: www.google.com
Kaulinan barudak sunda sebenarnya
bukan permainan yang hanya sekedar untuk bersenang-senang saja, tetapi juga merupakan
bagian dari ethno pendagogik dan
pendidikan budi pekerti yang didalamnya terdapat pembelajaran kedisiplinan, kepercayaan
diri, kehidupan bersama, kepekaan sosial, bahkan yang terpenting adalah adanya
pendidikan akhlak dan budaya.
Syair dalam kaulinan barudak
sunda banyak yang menjelaskan tentang kekayaan alam beserta isinya yang
merupakan cipatan Tuhan. Selain itu, kaulinan barudak sunda juga mengandung
muatan seni tari, musik, teater, olahraga dan sejarah. Berkut beberapa macam kaulinan
barudak sunda yang kaya akan unsur imajinasi, kerjasama, dan pertemanan yang
berfungsi sebagai media pembentuk kepedulian sosial, kepekaan sosial serta
kecerdasan bagi anak:
Pertama, Jejangkungan,
permainan ini dimainkan dengan sepasang galah (atau biasa dikenal dengan
tongkat) yang terbuat dari kayu atau bambu. Tumpuan untuk pijakan kaki dibuat
pada ketinggian 30-60 cm dari ujung bawah tongkat. Beberapa pemain dapat serentak
memainkannya secara bersama. Bisa juga digabungkan dengan jenis permainan yang
lain seperti misalnya sepak bola. Jika ada pemain yang jatuh dari jejangkungan,
maka pemain tersebut dinyatakan kalah. Jejangkungan dikenal dalam beberapa suku
lain di Indonesia dengan nama egrang.
Kedua, Paciwit-ciwit lutung merupakan permainan yang melibatkan 3-4 orang
anak. Setiap pemainnya berusaha saling mencubit atau nyiwit punggung tanggan diurutan teratas sambil melantunkan nyanyian
yang berbunyi “paciwit-ciwit lutung.. si
lutung pindah ka tungtung.. paciwit-ciwit lutung.. si lutung pindah ka
tungtung..”. biasa dilakukan di malam hari, untuk kesenangan dan
pembelajaran budaya sunda dengan bernyanyi.
Ketiga, Gatrik adalah permainan anak sunda yang dimainkan oleh dua orang
atau dua regu yang beranggotakan beberapa orang. Alat yang dimainkan merupakan
tongkat pemukul yang terbuat dari kayu sepanjang seperempat tongkat pemukul.
Empat, Sondah atau biasa dikenal dengan Taplak, dimainkan oleh orang yang tak terbatas. Namun, permainan
yang satu ini biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan saja. Dengan menggunakan
pecahan dari keramik atau batu datar, gambar berupa kotak-kotak kecil yang
berbetuk seperti pesawat terbang itu permainan tersebut dapat menjadi seru. Dalam
bermain sondah, pemain bisa bergrup maupun individu.
sumber gambar: www.google.com
Masih banyak kaulinan barudak
sunda yang hampir sulit ditemukan seperti dulu lagi. Sebagai penerus bangsa,
seharusnya kita ikut melestarikan dan membantu para budayawan Indonesia dalam
melestarikan kekayaan budaya negeri dengan terus mengenalkan
permainan-permainan tradisional kepada tunas-tunas negeri ini. Jangan sampai
penerus bangsa ini tak kenal dengan permainan-permainan tradisional karena
terpengaruh oleh arus budaya asing.
tetap jaga budaya itu sebelum dicolong negri tetangga
BalasHapusokeeee (y)
Hapusbagus...
BalasHapusmenambah wawasan mengenai permainan tradisional yang patut untuk dilestarikan,,,
umi jangan lupa buat promosi juga ke temen2 yang di afrika ya ^^
Hapusapa peran anda untuk melestarikan permainan tsb?
BalasHapusmembuat artikel ini lalu share ke beberapa media sosial :)
Hapuspermainan tradisional indonesia memang mengasyikan sekaligus murah meriah,tetapi kenapa ditinggalkan begitu saja
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapuskarena anak di jaman sekarang tidak pernah di kenalkan dengan para leluhurnya.. termasuk kita mungkin, apa mbak Dwi Okta pernah memeragakan permainan ini depan anak2 kecil jaman sekarang?
Hapusjadi inget masa kecil, tapi sekarang jamannya ponakan ku sdah gak ada :(
BalasHapuskarena kamu sudah jadi OM-OM :v
HapusSudah jarang liat permainan ini lagi...
BalasHapuskarena sudah jarang yang memainkannya hahaha
Hapus