Lontong
Tuyuhan Khas Lasem Rembang
Oleh
Miftakhul Yuni Hapsari
Nim
1102413031
Rembang, yang dikenal sebagai Bumi Dampo Awang tak luput dari daerah yang
kaya akan ragam
kuliner Nusantara. Dan salah satu masakan yang khas adalah
Lontong Tuyuhan.
Pusat wisata kuliner Lontong Tuyuhan sendiri terletak di pinggir jalan
kabupaten yang mengubungkan Kota Kecamatan Lasem dan Kota Kecamatan Sulang,
tepat berada di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten
Rembang. Meski lokasi ini bukan di pinggir jalan raya pantura, namun
tidak menghalangi niat para penikmat
kuliner untuk singgah ke tempat wisata kuliner identitas Kota Rembang,
yang berjarak 3 km dari
jalur utama penghubung dua ibukota propinsi, yakni Surabaya dan Semarang.
Ada dua alasan mengapa Lontong Tuyuhan menarik dibidang perkulineran,
yakni kolaborasi paket wisata kuliner sekaligus wisata alam. Letak Desa Tuyuhan
yang berada di kaki bukit Bugel, di tengah hamparan
tanaman padi nan subur dan ladang-ladang tebu yang diusahakan masyarakat,
dinaungi pegunungan Lasem dengan puncak Argo di ketinggian 800 m dpal, diterpa
udara semilir sejuk segar khas hawa angin gunung, sangatlah membantu menurunkan
tensi denyut pikiran, melepas penat dari rutinitas kehidupan. Serasa kita
menikmati wisata kuliner di tengah alam pedesaan nan permai, sehingga semakin
menggelorakan nafsu makan dan hadirnya sebuah kebahagiaan di tengah acara makan
bersama keluarga ataupun teman.
Membahas tentang keistimewaan lontong tuyuhan.
Sebenarnya, lontong tuyuhan tidaklah jauh berbeda dengan opor ayam. Kekuatannya
berada pada kuah santan yang lebih kental, gurih dan pedas hasil olah tumis
cabai merah dan jahe, dengan sedikit tambahan kecap manis, serta perpaduan rasa
rempah-rempah kemiri, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, ketumbar, kencur,
pala, dan kunyit.
Bila kita jajan menu ini, biasanya penjual menawarkan pilihan potongan
ayam. Menurut Pak Katemin,salah satu penjual, seekor ayam dipotong menjadi 12
bagian, yaitu kepala, leher, dada, dua paha bawah, dua paha atas, dua sayap
kanan kiri, punggung, ekor, dan ati ampela. Sengaja dipilih ayam kampung muda,
istilah Jawanya kemanggang, agar didapat tekstur daging ayam nan empuk, tidak
terlampau keras, tidak terlalu lunak.
Ada satu kekhasan lagi dari menu yang resepnya ini diwariskan secara
turun temurun dari para leluhur Desa Tuyuhan, yaitu bentuk lontongnya, yang
dibungkus daun pisang dan berwujud prisma segitiga. Cara membuatnya pun tidak
asal-asalan, ada resep khusus, sehingga lontong terasa empuk dan lembut di
mulut. Salah satu rahasia dapurnya adalah diimbuhkan dengan sedikit daun
pandan, agar aromanya bertemu dengan rasa nasi, sehingga semakin melengkapi
kelezatan lontong tuyuhan.
Dan konon, citarasa lontong tuyuhan tidak lepas dari kepercayaan para
penjualnya. Mereka meyakini lontong hanya akan terasa enak jika dimasak dengan
air Desa Tuyuhan. Hal yang berbau klenik ini seolah menjadi pembenaran bahwa
memang lontong tuyuhan tidak bisa disamakan dengan opor ayam dari daerah
manapun.
Jangan membayangkan menu ini dihidangkan oleh restoran/ warung makan
kelas atas. Yang ada di Tuyuhan, hanyalah los-los sederhana berukuran 3m X 4m,
dengan tempat duduk berupa bangku panjang, meja kayu beralas kain plastik
dengan ornamen bunga dan bangunan semi terbuka, sehingga nuansa alam Tuyuhan
bisa kita jelajahi. Dan penjualnya pun menggunakan angkringan yang terbuat dari
bambu atau rotan, yang cara membawanya dengan dipikul, sebagai tempat meracik
lontong dan opor ayam.
Sebuah pencitraan sajian menu tempo doeloe, khas pedesaan pesisir pantai
utara Jawa. Sebelum digantikan teh botol atau es kelapa muda, dulu
dihidangkangkan air kendi secara gratis sebagai minuman teman bersantap lontong
tuyuhan. Tentu saja isi kendi adalah air yang berasal dari sumber pegunungan
Lasem, yang segar dan higienis, tanpa terkontaminasi zat-zat polutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar