Sabtu, 14 Desember 2013

Mbaru Niang, Permata di Nusa Tenggara Timur


Oleh Hasna Rosyida Valentin

Indonesia. Masih ada milyaran mutiara didalamnya. Butuh banyak waktu untuk bisa mengetahui dan mengerti semuanya. Disini akan banyak mengulas tentang rumah adat yang ada di Indonesia. Setiap daerah dipulau jawa memiliki rumah adat yang berbeda beda. Rumah adat merupakan salah satu peninggalan sejarah yang harus terus di lestarikan oleh para penerus. Nah, rumah adat yang akan dibahas dalam topic ini adalah rumah adat dari Nusa Tenggara Timur.

Rumah adat di Nusa Tenggara Timur dinamakan rumah Mbaru Niang. Rumah adat ini diwarisan oleh nenek moyang ratusan tahun lalu. Rumah ini bentuk mirip dengan rumah dari Papua (rumah Honai). Rumah ini cukup tinggi, tingginya sekitar 15 meter dan permukaan seluruhnya ditutupi oleh ijuk. Bentuk rumah ini sepoerti kerucut lancip dibagian atas.

Mbaru Niang merupakan salah satu rumah adat yang cukup tinggi, rumah ini memiliki 5 tingkat yang dibuat dari kayu worok dan bamboo serta didirikan tanpa paku. Sebagai pengganti paku, tali rotan yang kuatlah yang mengikat dan digunakan untuk mendirikan rumah ini. Konon katanya satu rumah Mbaru Niang ini dihuni oleh enam keluarga bahkan sampai delapan keluarga. Seperti yang sudah dijelaskan diatas mbaru niang ini memiliki 5 lantai dan lantai yang ada memiliki fungsi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tingkat pertama disebut dengan lutur lantai ini sering digunakan sebagai tempat tinggal selain itu juga untuk berkumpul dengan keluarga. Tingkat kedua merupakan loteng atau sering disebut lobo berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari. Tingkat ketiga disebut lentar untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan kacang-kacangan. Tingkat keempat disebut lempa rae disediakan untuk stok pangan apabila terjadi kekeringan. Tingkat kelima disebut hekang kode untuk tempat sesajian persembahan kepada leluhur. (Wikipedia)

Konservasi rumah tradisional Mbaru Niang telah dilaksanakan di Wae Rebo, Flores, Nusa Tenggara Timur, memperoleh penghargaan tertinggi, Award of Excellence, dalam konservasi warisan budaya 2012 Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa – Bangsa (UNESCO) kawasan Asia Pasifik. Penghargaan tersebut diberikan kepada Mbaru Riang karena upaya konservasi yang dilakukan masyarakat setempat. Konservasi tersebut di pelopori oleh seorang arsitek bernama Yosi, dia mengatakan konservasi Mbaru Niang sepenuhnya dilakukan oleh warga setempat. Hanya saja dibantu oleh Yayasan Rumah Asuh yang membantu mencarikan dana, dan memberikan saran cara konservasi. Dulu rumah adat yang tersisa di Wae Rebo ada 4 rumah, kemudian warga yang sudah mulai mengerti bagaimana cara membangun rumah. Kemudian para warga mulai membuat rumah, sehingga rumah yang ada di Wae Rebo ada tujuh rumah. Dan rumah tersebut bisa terhuni semua.

Rumah adat bukan hanya sekedar bangunan saja melainkan juga memiliki nilai budaya dan mencerminkan keberagaman yang dimiliki. Konservasi pada rumah adat sangat perlu dilakukan agar tetap terjaganya warisan budaya untuk anak cucu nanti.

Kata Kunci : Rumah Adat


5 komentar:

  1. selain bentuk konservasi pada rumah adat, bentuk konservasi apa lagi yang mampu mencerminkan dan melestarikan budaya masyakat di suatu daerah ?

    BalasHapus
  2. bagus ^_^
    filosofi apa has yang terkandung dalam bangunan ini ? kan biasanya setiap bangunan di indonesia terdapat filosofinya..

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. wow, 1 rumah 6 keluarga
    pasti jiwa sosial antar penduduknya sangat tinggi :) bagus.. bagus..

    BalasHapus
  5. bagaimana cara membangun rumah ini?

    BalasHapus