Rabu, 04 Desember 2013

Lontong Tuyuhan Khas Lasem Rembang



Lontong Tuyuhan Khas Lasem Rembang
Oleh Miftakhul Yuni Hapsari
Nim 1102413031

Rembang, yang dikenal sebagai Bumi Dampo Awang tak luput dari daerah yang kaya akan ragam
kuliner Nusantara. Dan salah satu masakan yang khas adalah
Lontong Tuyuhan.
Pusat wisata kuliner Lontong Tuyuhan sendiri terletak di pinggir jalan kabupaten yang mengubungkan Kota Kecamatan Lasem dan Kota Kecamatan Sulang, tepat berada di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten
Rembang. Meski lokasi ini bukan di pinggir jalan raya pantura, namun tidak menghalangi niat para penikmat
kuliner untuk singgah ke tempat wisata kuliner identitas Kota Rembang, yang berjarak 3 km dari
jalur utama penghubung dua ibukota propinsi, yakni Surabaya dan Semarang.
Ada dua alasan mengapa Lontong Tuyuhan menarik dibidang perkulineran, yakni kolaborasi paket wisata kuliner sekaligus wisata alam. Letak Desa Tuyuhan yang berada di kaki bukit Bugel, di tengah hamparan
tanaman padi nan subur dan ladang-ladang tebu yang diusahakan masyarakat, dinaungi pegunungan Lasem dengan puncak Argo di ketinggian 800 m dpal, diterpa udara semilir sejuk segar khas hawa angin gunung, sangatlah membantu menurunkan tensi denyut pikiran, melepas penat dari rutinitas kehidupan. Serasa kita menikmati wisata kuliner di tengah alam pedesaan nan permai, sehingga semakin menggelorakan nafsu makan dan hadirnya sebuah kebahagiaan di tengah acara makan bersama keluarga ataupun teman.
Membahas tentang keistimewaan lontong tuyuhan. Sebenarnya, lontong tuyuhan tidaklah jauh berbeda dengan opor ayam. Kekuatannya berada pada kuah santan yang lebih kental, gurih dan pedas hasil olah tumis cabai merah dan jahe, dengan sedikit tambahan kecap manis, serta perpaduan rasa rempah-rempah kemiri, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, ketumbar, kencur, pala, dan kunyit.
Bila kita jajan menu ini, biasanya penjual menawarkan pilihan potongan ayam. Menurut Pak Katemin,salah satu penjual, seekor ayam dipotong menjadi 12 bagian, yaitu kepala, leher, dada, dua paha bawah, dua paha atas, dua sayap kanan kiri, punggung, ekor, dan ati ampela. Sengaja dipilih ayam kampung muda, istilah Jawanya kemanggang, agar didapat tekstur daging ayam nan empuk, tidak terlampau keras, tidak terlalu lunak.
Ada satu kekhasan lagi dari menu yang resepnya ini diwariskan secara turun temurun dari para leluhur Desa Tuyuhan, yaitu bentuk lontongnya, yang dibungkus daun pisang dan berwujud prisma segitiga. Cara membuatnya pun tidak asal-asalan, ada resep khusus, sehingga lontong terasa empuk dan lembut di mulut. Salah satu rahasia dapurnya adalah diimbuhkan dengan sedikit daun pandan, agar aromanya bertemu dengan rasa nasi, sehingga semakin melengkapi kelezatan lontong tuyuhan.
Dan konon, citarasa lontong tuyuhan tidak lepas dari kepercayaan para penjualnya. Mereka meyakini lontong hanya akan terasa enak jika dimasak dengan air Desa Tuyuhan. Hal yang berbau klenik ini seolah menjadi pembenaran bahwa memang lontong tuyuhan tidak bisa disamakan dengan opor ayam dari daerah manapun.
Jangan membayangkan menu ini dihidangkan oleh restoran/ warung makan kelas atas. Yang ada di Tuyuhan, hanyalah los-los sederhana berukuran 3m X 4m, dengan tempat duduk berupa bangku panjang, meja kayu beralas kain plastik dengan ornamen bunga dan bangunan semi terbuka, sehingga nuansa alam Tuyuhan bisa kita jelajahi. Dan penjualnya pun menggunakan angkringan yang terbuat dari bambu atau rotan, yang cara membawanya dengan dipikul, sebagai tempat meracik lontong dan opor ayam.
Sebuah pencitraan sajian menu tempo doeloe, khas pedesaan pesisir pantai utara Jawa. Sebelum digantikan teh botol atau es kelapa muda, dulu dihidangkangkan air kendi secara gratis sebagai minuman teman bersantap lontong tuyuhan. Tentu saja isi kendi adalah air yang berasal dari sumber pegunungan Lasem, yang segar dan higienis, tanpa terkontaminasi zat-zat polutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar