Minggu, 22 Desember 2013

Cublak-Cublak Suweng

 oleh : Riva Aji Prawiro
@rivaaji19@gmail.com



Cublak-cublak Suweng, sebuah permainan yang  juga nama lagu tradisional pengiringnya. Permainan Cublak-cublak Suweng biasanya dimainkan oleh 4 orang anak atau lebih. Sebenarnya 3 orang anak sudah cukup untuk mewujudkan permainan ini. Namun jika hanya 3 orang, permainan ini akan cepat selesai dan kurang menantang karena bagian menebak yang menjadi puncak permainan ini menjadi sangat mudah. Oleh karena itu dolanan ini lebih seru dimainkan oleh lebih dari 3 orang anak.
Dalam permainan Cublak-cublak Suweng  ada 3 peran yang dimainkan oleh anak-anak yakni seorang pemimpin atau pengatur permainan, seorang anak yang jadi “Pak Empong” dan sisanya menjadi teman bermain. Pak Empong adalah anak yang nantinya akan tengkurap dan menjadikan punggungnya arena bermain bagi tangan-tangan temannya. Pak Empong biasanya ditentukan lewat undian permainan tangan atau pingsut.
Cara bermain:
·         Gambreng dan yang kalah menjadi Pak Empo. Dia berbaring telungkup di tengah, anak-anak lain duduk melingkar. Buka telapak tangan menghadap ke atas dan letakkan di punggung Pak Empo.
·         Salah satu anak memegang biji/ kerikil dan dipindah dari telapak tangan satu ke telapak tangan lainnya diiringi lagu Cublak-Cublek Suweng. “Cublak cublek suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel. Pak empo lirak-lirik, sapa mau sing delekke. Sir sir pong dele gosong, sir sir pong dele gosong”.
·         Pada kalimat ”Sapa mau sing delekke” serahkan biji/ kerikil ke tangan seorang anak untuk disembunyikan dalam genggaman.
·         Di akhir lagu, semua anak menggenggam kedua tangan masing-masing, pura-pura menyembunyikan kerikil,  sambil menggerak-gerakkan tangan.
·         Pak Empo bangun dan menebak di tangan siapa biji/ kerikil disembunyikan. Bila tebakannya benar, anak yang menggenggam biji/ kerikil gantian menjadi Pak Empo. Bila salah, Pak Empo kembali ke posisi semula dan permainan diulang lagi.
Permainan cublak-cublak suweng memiliki manfaat. Anak belajar menyanyi, mencocokkan ritme lagu dengan gerakan tangan, mengenal bahasa Jawa, melatih motorik halus, belajar mengikuti aturan, latihan kerja sama dan belajar menyimpan rahasia. Permainan ini seharusnya sering dimainkan agar budaya Indonesia semakin hari tidak menghilang.






8 komentar:

  1. kini permainan tradisional kalah dg game online.. so sad

    BalasHapus
  2. mengingatkanku pada waktu kecil,,,
    jadi kangen :D

    BalasHapus
  3. apa peran anda untuk tetap melestarikan permainan tsb?

    BalasHapus
  4. Jadi inget permain waktu zaman masih ingusan dulu

    BalasHapus
  5. kalo dirasa2 permainan tradisional itu asik buat outbond, sekalin buat pelestarian kan, gimana pak penulis??

    BalasHapus
  6. bagaimana jika anda yg langsung memainkannya? :)

    BalasHapus